LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA
PENGUKURAN
Guru Pembimbing : Hj. Ayu Herlina Rustam, S.Hut, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelas : X 5
Kelompok 1
1. Lea Purnama
2. Maharatun
Nida
3. Nufiansyah
4. Zaida
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANJAR
SMA NEGERI 1 MARTAPURA
TAHUN AJARAN 2014/2015
SMA NEGERI 1 MARTAPURA
TAHUN AJARAN 2014/2015
Daftar Isi
Halaman
BAB
I PENDAHULUAN …………………………………………… 2
A. Latar
Belakang ………………………………………………… 2
B . Tujuan…………………………………………………………..
2
BAB
II ALAT DAN BAHAN……………………………………….. 3
A. Alat……………………………………………………………..
3
B. Bahan…………………………………………………………...
3
C. Prosedur
Kerja…………………………………………………. 3
BAB
III HASIL PEMBAHASAN…………………………………… 4
A. Data
Hasil Pengamatan………………………………………… 4
B. Hasil
Pembahasan……………………………………………… 5
BAB
IV PENUTUP………………………………………………….. 10
A. Kesimpulan……………………………………………………..
10
B. Saran……………………………………………………………
10
C.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam ilmu fisika, pengukuran dan
besaran merupakan hal yang bersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat
yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat
penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang
dipelajari.
Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur
itu sendiri. Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan
besaran lain yang telah disepakati. Misalnya menghitung volume balok, maka
harus mengukur untuk dapat mengetahui panjang, lebar dan tinggi balok, setelah
itu baru menghitung volume.
Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu
fenomena atau permasalahan secara kualintatik. Dan jika dikaitkan dengan proses
penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi
jalan untuk mencari data-data yang mendukung. Dengan pengukuran ini
kemudian akan diperoleh data-data numeric yang menunjukan pola-pola tertentu
sebagai bentuk karakteristik dari permasalahan tersebut.
Pentingnya besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum ini yang dapat
membantu untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran. Dalam mengamati suatu
gejala tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data yang didapat dari
hasi pengukuran yang kemudian besaran-besaran yang didapat dari hasil
pengukuran kemudian ditetapkan sebagai satuan.
Dengan salah satu argument di atas, setelah dapat kita ketahui betapa penting
dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika, untuk memperoleh hasil /
data dari suatu pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya.
B.
Tujuan
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.
2. Menentukan kepastian dalam pengukuran
serta menuliskan hasil pengukuran secara benar.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
A.
Alat
-
Jangka Sorong
-
Mikrometer Sekrup
-
Mistar atau penggaris
-
Neraca Ohauss
-
Gelas Ukur
B.
Bahan
-
Batu
-
Kubus Kayu
-
Silinder
-
Air
C.
Prosedur Kerja
a.
Bahan
: Kubus
1.
Timbanglah
massa kubus dengan neraca Ouhauss
2.
Ukurlah
panjang, lebar, dan tinggi kubus
3.
Tentukan
volume kubus
4.
Masukan
data yang diperoleh ke dalam tabel
5.
Ulangi
kegiatan 1, s/d 4 sebanyak 5 kali pengamatan
b.
Bahan
: Silinder
1.
Timbanglah
massa silinder dengan neraca Ouhauss
2.
Tentukan
Volume silinder
3.
Masukan
data yang diperoleh ke dalam tabel
4.
Ulangi
kegiatan 1, s/d 3 sebanyak 5 kali pengamatan
c.
Bahan
: Batu
1.
Timbanglah
massa batu dengan neraca Ouhauss
2.
Tentukan
volume batu
3.
Masukkan
data yang diperoleh ke dalam tabel
4.
Ulangi
kegiatan 1, s/d 3 sebanyak 5 kali pengamatan
BAB III
HASIL PEMBAHASAN
A.
Data Hasil Pengamatan
a.
Tabel Pengamatan
Bahan
: Kubus
Massa
Kubus : 4,10 gram
No.
|
Alat Ukur
|
Panjang (p)
(cm)
|
Lebar (l)
(cm)
|
Tinggi (t)
(cm)
|
Volume (v)
(cm3)
|
Massa Jenis (ᵨ)
|
1.
|
Penggaris
|
2 cm
|
2 cm
|
2 cm
|
8 cm3
|
0,51
|
2.
|
Jangka Sorong
|
2,14 cm
|
2,14 cm
|
2,14 cm
|
9,80 cm3
|
0,42
|
3.
|
Mikrometer
Sekrup
|
2,04 mm
|
2,04 mm
|
2,04 mm
|
8,48 mm3
|
0,48
|
b.
Tabel Pengamatan
Bahan
: Silinder
Massa
Silinder : 3,07 gram
No.
|
Alat Ukur
|
Diameter (d)
(cm)
|
Tinggi (t)
(cm)
|
Volume (v)
(cm3)
|
Massa Jenis (ᵨ) (gr/cm3)
|
1.
|
Penggaris
|
9,0 mm
|
3 mm
|
191 mm3
|
1,60 gr/mm3
|
2.
|
Jangka Sorong
|
0,82 mm
|
27,7 mm
|
14,36 mm3
|
0,21
|
3.
|
Mikrometer
Sekrup
|
9,8 mm
|
-
|
-
|
-
|
c.
Tabel Pengamatan
Bahan
: Batu
Alat
Ukur : Gelas ukur
Massa
batu : 3,79 gram
No.
|
Volume (v)
(cm3)
|
Massa Jenis (ᵨ) (gr/cm3)
|
1.
|
2 cm3
|
1,90
|
B.
Hasil Pembahasan.
Ø
Pengukuran dengan penggaris.
a.
Mengukur kubus
dengan penggaris
Setelah kami mengukur dengan menggunakan penggaris, kami mendapat hasil bahwa panjang kubus tersebut adalah 2 cm, tinggi 2 cm, dan lebar 2 cm. Volume didapat dengan cara :
Diketahui :
P = 2 cm
l = 2 cm
t = 2 cm
Ditanya : V…?
V = p × l × t atau s3
= 2 cm × 2 cm × 2 cm
= 8 cm3
Dan massa jenis kubus diperoleh dengan cara :
Diketahui :
m = 4,10 gr
v = 8 cm3
Ditanya : ρ …?
Jawab :
ρ =
ρ =
ρ =
0, 51 gr/cm3
b.
Mengukur silinder dengan penggaris
Setelah
kami mengukur dengan menggunakan penggaris, kami mendapat hasil bahwa diameter
silinder tersebut adalah 9 mm, dan tinggi 3 mm.
Volume didapat dengan cara :
Diketahui
: v = volume
Π = 3,14
r = ½
d = ½ . 9 mm= 4,5
mm
mm
t = 3 mm
Ditanya
: Volume silinder…?
Jawab
:
t
V = 3,14 × 4,5 mm
× 4,5 mm × 3 mm
V = 191
mm3/0,191 cm3
Dan massa jenis
silinder tersebut didapat dengan cara :
Diketahui :
m = 3,07 gr
v = 191 mm3 0,191 cm3
Ditanya : ρ …?
Jawab :
ρ =
ρ =
ρ = 16,07 gr/cm3
Ø Pengukuran dengan jangka sorong
a.
Mengukur kubus dengan jangka sorong
Setelah
kami mengukur dengan menggunakan jangka sorong, kami mendapat hasil bahwa
panjang kubus tersebut adalah 2,14 cm, tinggi 2,14 cm, dan lebar 2,14 cm. Volume didapat dengan cara :
Diketahui
:
P = 2,14 cm
l = 2,14 cm
t = 2,14 cm
Ditanya
: V…?
V = p × l × t
atau s3
V = 2,14 cm × 2,14 cm ×
2,14 cm
V = 9,80 cm3
Dan massa jenis kubus diperoleh dengan cara :
Diketahui
:
m =
4,10 gr
v =
9,14 cm3
Ditanya : ρ…?
ρ =
=
= 0,45 gr/cm3
b.
Mengukur
silinder dengan jangka sorong
Setelah
kami mengukur dengan menggunakan jangka sorong, kami mendapat hasil bahwa
diameter silinder tersebut adalah 8,2 mm, dan tinggi 27,7 mm. Volume didapat dengan cara :
Diketahui
: v = volume
r =
4,1 mm
Π = 3,14
t = 27,7
mm
t
V = 3,14 × 4,1
mm × 4,1 mm × 27,7 mm
V =
1,46 mm3.
Dan
massa jenis silinder tersebut didapat dengan cara :
Diketahui
:
m =
4,07 gr
v = 0,00146 cm3
Ditanya : ρ…?
ρ =
ρ =
ρ = 2,78 gr/cm3
Ø Pengukuran dengan mikrometer sekrup
a.
Mengukur kubus dengan mikrometer sekrup
Setelah
kami mengukur dengan menggunakan mikrometer sekrup, kami mendapat hasil bahwa
panjang kubus tersebut adalah 20,4 mm, tinggi 20,4 mm, dan lebar 20,4 mm. Volume didapat dengan cara :
V =
p × l × t atau s3
V = 20,4 mm × 20,4 mm × 2o,4 mm
V = 8,48 mm3
Dan massa jenis kubus diperoleh dengan cara :
Diketahui
:
m =
4,10 gr
v = 8,48 cm3
Ditanya : ρ…?
ρ
=
=
= 0,45 gr/cm3
b.
Mengukur
silinder dengan mikrometer sekrup
Setelah
kami mengukur dengan menggunakan jangka sorong, kami mendapat hasil bahwa
diameter silinder tersebut adalah 8,2 mm, dan tinggi 27,7 mm. Volume didapat dengan cara :
Diketahui
: v = volume
r = 4,1 mm
Π = 3,14
t = 27,7 mm
t
V = 3,14 × 4,1
mm × 4,1 mm × 27,7 mm
V =
1,46 mm3.
Dan
massa jenis silinder tersebut didapat dengan cara :
Diketahui
:
m =
4,07 gr
v =
0,00146 cm3
Ditanya : ρ…?
Jawab :
ρ =
ρ =
ρ = 2,78 gr/cm3
Ø Pengukuran dengan gelas ukur
Kami mengisi gelas ukur dengan air yang
mula-mula sebanyak 60 ml. Ketika benda dimasukka ke dalam gelas ukur, volume
cairan dalam gelas ukur menjadi 62 ml. Jadi, hasil pengukuran volume benda
adalah (62 ml – 60 ml) cm3 = 2 cm3.
Cara mengukur massa jenisnya dengan cara :
ρ =
ρ =
ρ = 1,89 gr
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian
kami dapat disimpulkan, bahwa kami telah meneliti sebanyak tiga kali dan hasil
penelitian yang berbeda-beda tergantung alat ukur, ketelitian, dan ketepatan
dalam mengukur dan menghitung.
B.
Saran
Pendidikan fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang tergolong rumit, yang pada dasarnya teori-teori yang di pelajari tidak akan berkembang tanpa adanya praktikum.
Seperti halnya dalam pengukuran menggunakan mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca. Mungkin, kebanyakan siswa tidak tahu cara mengukur yang benar menggunakan alat ukur tersebut. Namun, setelah diadakan praktik siswa dan siswi dapat mengetahui cara mengukur menggunakan alat tersebut dengan baik dan benar. Dalam ilmu pendidikan teori atau studi dengan praktik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dengan praktik teori-teori yang dipelajari akan terasa lebih terealisasikan. Namun yang lebih menunjang untuk melakukan praktik adalah sarana dan psarana, alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, semua hal itu merupakan infrastruktur untuk menuju kesuksesan dalam studi maupun praktikum mata pelajaran fisika. Untuk itu, siswa- siswi akan lebih memahami jika setiap teori selalu di adakan praktik.
Pendidikan fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang tergolong rumit, yang pada dasarnya teori-teori yang di pelajari tidak akan berkembang tanpa adanya praktikum.
Seperti halnya dalam pengukuran menggunakan mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca. Mungkin, kebanyakan siswa tidak tahu cara mengukur yang benar menggunakan alat ukur tersebut. Namun, setelah diadakan praktik siswa dan siswi dapat mengetahui cara mengukur menggunakan alat tersebut dengan baik dan benar. Dalam ilmu pendidikan teori atau studi dengan praktik adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dengan praktik teori-teori yang dipelajari akan terasa lebih terealisasikan. Namun yang lebih menunjang untuk melakukan praktik adalah sarana dan psarana, alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, semua hal itu merupakan infrastruktur untuk menuju kesuksesan dalam studi maupun praktikum mata pelajaran fisika. Untuk itu, siswa- siswi akan lebih memahami jika setiap teori selalu di adakan praktik.
Maaf ya, ada rumus yang hilang, atau tidak terbaca.
BalasHapussdh bagus ,cuman tdk ad daftar pustakanya
BalasHapusrumus hillang ngab
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus