Oleh : Nufiansyah
Pada
suatu hari ada dua pemuda sebut saja namanya Nara dan
Pidana. Kedua pemuda ini sangat akrab dan bersahabat dari kecil. Maklum
saja kedua pemuda ini rumahnya berdekatan.
Pada hari itu si Nara sangat butuh uang untuk
membeli smartphone keluaran terbaru dan meminta pinjaman uang kepada Pidana,
namun Pidana juga tidak mempunyai uang pada saat itu. Mereka berdua berencana malam
ini untuk mencuri sebuah toko kain yang besar dan sudah terkenal di seluruh
indonesia, kebetulan toko tersebut letaknya hanya sekitar 5 km dari rumah kedua
pemuda ini dan toko tersebut langsung terhubung dengan rumah si pemlik tokonya
.
Pada
saat itu kebetulan sekali si pemilik toko kain ini baru saja kematian kakeknya.
Sontak saja si Nara dan Pidana mengambil kesempatan dalam kesempitan. Malam
hari Nara dan Pidana beraksi dengan bermodalkan sebuah linggis mereka mencoba
membuka pintu toko tersebut. Setelah pintu toko terbuka si Nara dan Pidana
dengan keadaan gelap-gelapan memasuki toko sampai pada rumah yang satu dengan
toko, hanya saja letaknya lebih dalam.
Mereka
langsung memilih kain yang mahal, entah kenapa si Pidana melihat kain putih
yang agak besar gulungannya dan di letakkan di tengah rumah si pemilik toko
tersebut, dan si Pidana langsung mengangkat kain tersebut dengan filing kain
yang ia angkat ini mahal harganya karena di letakkan di tengah rumah. Si Nara
bingung kenapa si Pidana memilih kain putih ini. Tidak panjang lebar Pidana
langsung membawa kain putih ini keluar dari toko dan Nara langsung membantu Pidana
mengangkat kain ini dengan posisi Pidana di depan menunjukkan arah sambil
membawa kain putih ini dan si Nara membantu di belakang.
Entah kenapa si Nara merasa kain ini ada
kakinya dan setelah dia periksa ternyata benar ada orang di dalam kain ini,
tetapi kaki orang ini kelihatan pucat dan dingin. Sontak saja si Nara langsung bilang kepada Pidana
yang ada di depannya yang sedang asik berjalan karena sangat senang bisa dapat kain super mahal. “ushh...Pidana!!
(dengan suara pelan si Nara memanggil) “kenapa ra?” (dengan nada santai Pidana
nanya) “orangg!!”(sambil nunjuk ke arah kain namun Pidana tidak menoleh ke
belakang) mendengar ada orang si Pidana
lari dengan kencangnya sambil memegang kain itu dan si Nara juga ikut lari di
belakang Pidana tanpa ia sadar ia juga memegang kain itu. “orangg!!” sekali
lagi si Nara memberi tahu si Pidana namun Pidana tetap lari dan bahkan lebih
kencang, saking kencangnya sendal si Nara lepas dan menginjak batu-batu kecil
dan dia tidak meliat bahwa ada batu di depannya karena posisi si Nara ini di
belakang Pidana. “Aduuuh!! Batuu!!” si Nara menjerit kesakitan karena kakinya
ke injak batu dan di sangka si Pidana, si Nara
ini di lempar orang pakai batu sehingga ia menjerit kesakitan.
Setelah
beberapa kilo meter si Nara tidak bersuara lagi dan si Pidana menyangka orang
yang mengejar dirinya tidak ada lagi, padahal tidak ada yang mengejar mereka.
Mereka berhenti di sebuah pos ronda yang ada di daerah tersebut, dan ternyata
tidak ada orang yang menjaga pos ronda ini.
Dengan nafas ngos-ngosan si Pidana meletakkan
kain hasil curiannya itu di pos ronda dan sambil
beristirahat sejenak. Dengan muka pucat si Nara mencoba menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi , dan apa yang sebenarnya yang mereka bawa. “Pidana, lo tau
mggak apa yamg kita bawa?”. Dengan muka yakin Pidana menjawab ”kain mahal lah..!!”. ‘ini bukan kain mahal
dana!! Ini tuh orang mati yang di bungkus kain kapan!!!” si Nara menjelasin
sambil lari terbirit-birit meninggalkan Pidana.
“Haahhh!!” si Pidana kaget bukan kepayang, dia
coba membuka dan ternyata benar ada mayat di balik kain ini. “Nara..!! tunggu
gue...!!” si Pidana lari terbirit-birit, dan tanpa ia sadar celananya kedodoran
dan memakai sendal hanya satu saja di kaki kirinya, yang sebelah kanan nggak
tau tercecer di mana.
0 komentar:
Posting Komentar