Takbir Anak Lumpur



Karya : Nufiansyah

Alif...ba...ta..sa...jim...,terdengar suara anak-anak Desa Renokenongo yang sedang mengaji di musholla tempat mengajarnya Nazwa. Suara itu sangat lantang dan jelas di ucapkan anak-anak yang rata-rata berusia 4 sampai 10 tahun.
            Nazwa adalah seorang  guru ngaji perempuan yang mengajarkan ilmu agama kepada anak muridnya yang normal maupun keterbatasan fisik. Ia mempunyai seorang anak murid yang keterbatasan fisik yaitu Rafif. Di keseharian rafif adalah seorang anak yang pintar, namun ia hanya mempunyai satu kaki. Menjadi seorang anak yang mempunyai keterbatasan fisik, Rafif selalu ingin hidup seperti layaknya anak-anak normal. Ia sering bermain bola, main kelereng dan permainan lainnya yang sering di mainkan anak seusianya, meskipun tidak selincah dan seaktif temannya. Rafif mempunyai hobi yang sangat mulia di bandingkan teman-temannya. Apabila teman-temanya  mempunyai hobi bersepeda dan bermain, beda dengan Rafif yang sangat suka membaca Al-Qur’an. Rafif memang di lahirkan dari keluarga yang bisa disebut kurang mampu. Ayahnya adalah seorang pedagang asongan kecil dan ibunya seorang kuli nyuci dikampungnya. Namun dengan kondisi keluarga Rafif ini, ia selalu bersyukur setiap hari.

Hak Kami ( Cerpen ttg Lumpur Lapindo )



Oleh Maharatun Nida

Suasana pagi yang sejuk terdengar suara ayam yang berkokok, burung-burung yang berkicauan, hari itu  tanggal 29 Mei 1990 desa Reno Kenongo dikecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur  lahirlah 3 orang anak kembar dari sepasang suami istri yang saling mencintai.
Hari itu, suasana senang, gembira menyambut kelahiran tiga anak kembar, sungguh tak menyangka jika mereka akan melahirkan 3 orang anak kembar dan seakan kucing, ayam, dan burung ikut bahagia karena kelahiran mereka berdua karena kelahiran tiga anak kembar yang cantik dan ganteng.
“Cantik sekali dan ganteng anak kita Pak, kita namakan siapa mereka ini?”, ucap bu Mina.
“Benar Bu, waahh nanti mereka Ayah jadikan jawara desa saja, haha bagaimana kalau kita namakan mereka Garuda , Panca, dan Sila siapa tau nanti mereka akan berguna bagi bangsa dan negara dan terutama bagi desa kita ini Bu?”, jawab Pak Iman.